Embargo secara umum adalah pembatasan apa pun dalam perdagangan luar
negeri. Dalam prakteknya, embargo lebih banyak mengacu pada pembatasan ekspor untuk penjualan ke negara lain tertentu. Tidak
seperti tarif, kuota impor, dan hambatan
non-tarif lainnya yang melindungi produsen dalam negeri dari
persaingan, embargo dimaksudkan untuk menghukum negara tujuan ekspor. Embargo
strategis mencegah pertukaran barang militer dengan suatu negara.
Embargo biasanya dilakukan sebagai akibat dari kondisi politik dan ekonomi
antarbangsa yang tidak menguntungkan. Pembatasan yang dilakukan akan
mengisolasi negara yang diembargo dan menciptakan kesulitan bagi pemerintahnya
sehingga memaksa mereka untuk bertindak terhadap masalah yang mendasari. Karena
banyak negara bergantung pada perdagangan global, embargo adalah alat yang
ampuh untuk mempengaruhi suatu negara.
Contoh Kasus Didepak Eropa, Rusia Siap Merapat Ke Raksasa Ekonomi Asia
Sanksi ekonomi yang
diberikan oleh blok barat kepada Rusia membuat negara ini kehilangan pangsa
pasar dan mitra perdagangan. Untuk menyiasati hal tersebut, pemerintah siap
mencari partner baru khususnya dari wilayah Asia.
Rusia terancam sanksi ekonomi terkait
dengan keterlibatannya dalam krisis Ukraina tiga bulan terakhir. Embargo
perdagangan ditakutkan bisa membuat perekonomian negeri beruang merah melambat
dan pendapatan ekspornya turun drastis. Pihak Kremlin sedang menghitung untung
rugi dari pemutusan kerjasama dengan negara-negara Uni Eropa. Salah satu opsi
yang paling logis untuk menyelamatkan masa depan perekonomian adalah dengan
mencari mitra baru yakni dengan negara asal Asia, terutama China.
Selain 'akrab' karena kesamaan ideologi,
Rusia dan China memang saling membutuhkan jika dilihat dari aspek demografis,
populasi dan kepentingan politik. Hubungan antara Kremlin dan Beijing makin
mesra dalam satu dasawarsa terakhir di tengah dominasi Amerika Serikat dalam
stabilitas keamanan internasional. Selain saling berbagi tapal batas wilayah,
keduanya juga kerap satu kata di dewan keamanan PBB dan tidak jarang bergantian
mengirimkan senjata keperluan militer. Persahabatan keduanya akan benar-benar
diuji saat blok barat (jadi) memberlakukan embargo ekonomi penuh dalam waktu
dekat.
China akan menjadi titik awal dari
kebijakan luar negeri Rusia di Asia, sebelum nantinya mereka mendekati India
dan bukan tidak mungkin, Jepang. Tidak ada satupun pemerintah yang bisa menolak
ajakan Rusia karena negara ini memang mempunyai sumber daya yang melimpah.
Rusia mengirimkan 7 juta barel minyak per
hari ke pasar komoditi dunia, dan total perdagangan migasnya berkontribusi
sebanyak 70% terhadap pos ekspor nasional yang sekitar $515 miliar per tahun
(data Energy Information Administration). Pemerintah Vladimir Putin sudah sejak
lama ingin menjual lebih banyak produk minyaknya ke China, ditandai dengan
negosiasi panjang antara perusahaan BUMN kedua negara yakni Gazprom dan China
National Petroleum. Sampai sekarang kata mufakat untuk kerjasama energi
monumental memang belum terwujud karena alasan harga. Namun di tengah tensi
politi terkini, kemungkinan besar Rusia mau menurunkan banderol harga produk
energinya sehingga surat kerjasama bisa langsung diteken. Dalam hal ini, China
memiliki posisi tawar yang bagus.
Dengan masuknya China ke dalam
portofolio energi Rusia, calon pembeli lain akan lebih mudah didapatkan.
Penjualan minyak dengan harga murah memang kurang menguntungkan, namun apabila
volumenya bisa lebih banyak, mengapa tidak? Setelah China, Rusia bisa melirik
konsumen energi terbesar sesama Asia yakni Korea Selatan dan Jepang. Kedua
negara ras kuning ini merupakan konsumen setia produk minyak Amerika Serikat
dan masuk dalam daftar importir energi terbesar dunia. Selain mendatangkan
pemasukan, kerjasama dengan pihak Jepang dan Korea Selatan akan turut
'menyakiti' Amerika layaknya membidik dua target dengan satu anak panah.
China dan India sudah memberi lampu
hijau untuk bisa didekati oleh Rusia. Sinyal ini bisa dilihat dari sikap
masing-masing negara dalam merespon aktivitas Rusia di wilayah Crimea. Walaupun
tidak membenarkan kebijakan Moskow, China dan India tidak mengeluarkan kecaman
atau mengutuk Rusia. Keduanya hanya memberi saran agar semua pihak mengutamakan
upaya dialog dan diplomasi. Presiden Vladimir Putin mengungkapkan rasa terima
kasihnya kepada India atas 'pengertian' yang diberikan terkait isu Crimea.
Sementara untuk China, mantan agen KGB ini menyanjung habis keberanian
pemerintah Beijing melalui statement-nya. "Rusia berterimakasih kepada
rakyat dan pemerintah China karena telah bersikap dewasa dalam menyikapi krisis
di Crimea. Terimakasih pula kepada India atas objektivitas dan suara
mereka," tegas Putin pekan lalu.
Babak Baru Uni Eropa
Amerika Serikat dan Uni Eropa akhirnya
memang merilis sanksi berupa pembekuan aset dan penolakan visa bagi warga Rusia
yang bisnisnya terkait dengan pemerintah Moskow. Namun sejauh ini, blok barat
masih pikir panjang untuk menjatuhkan embargo penuh di sektor perdagangan dan
ekonomi seperti apa yang mereka terapkan kepada Iran. Amerika dan Rusia bebas
mempertahankan egonya masing-masing karena kedua kubu sudah lama terlibat dalam
perang dingin. Washington dan Kremlin nyaris tidak memiliki ketergantungan
ekonomis sejak perang dingin dimulai dua setengah dekade silam. Namun
perseteruan ideologis tersebut menyulitkan posisi sekutu barat yakni Uni Eropa,
salah satu konsumen dan mitra perdagangan paling akrab Rusia. Embargo penuh
secara otomatis akan memutus hubungan ekonomi antara Uni Eropa dan Rusia dan
mengorbankan banyak hal lainnya. Berikut ini adalah alasan mengapa Uni
Eropa plus Inggris akan butuh adaptasi lama sesudah 'bercerai' dari Rusia:
- Zona Euro masih dalam tahap pemulihan
ekonomi. Pemutusan kerjasama dengan pihak Rusia hanya akan memperburuk keadaan
mengingat negara itu adalah mitra dagang terpenting ke-tiga bagi Uni Eropa
setelah Amerika dan China. Nilai perdagangan antara kedua wilayah mencapai
rekor tertinggi 336 miliar Euro pada tahun 2012 lalu atau 10 kali lipat lebih
besar dibandngkan volume perdagangan antara Rusia dan Amerika Serikat.
- Apabila ditambah dengan ekspor jasa,
maka nilai kerjasama Rusia-Uni Eropa menembus angka fantastis $520 miliar.
- Rusia merupakan pemasok energi
terbesar bagi Uni Eropa. Tidak heran jika harga minyak sempat melonjak pada
hari Senin kemarin karena lalu lintas suplai ke benua biru terancam oleh
tingginya tensi politik Eropa Timur.
- Setengah dari total volume ekspor
minyak Rusia ke Eropa melewati wilayah Ukraina.
- Sementara produk ekspor dari Uni Eropa
ke Rusia didominasi oleh perangkat mesin, alat transportasi, bahan kimia,
obat-obatan dan produk pertanian.
- Jerman menjadi negara Eropa dengan
tingkat ketergantungan tertinggi terhadap produk migas dari Rusia.
- Mantan kanselir Jerman, Gerhard
Schroeder, merupakan anggota komite pemegang saham Nord Stream, yaitu
perusahaan joint venture antara raksasa minyak Rusia Gazprom dan empat
perusahaan energi Eropa yang berasal dari Jerman, Belanda dan Prancis. Nord
Stream sendiri telah menanamkan modal 7.5 miliar Euro ($10.3 miliar) untuk
membangun pipa ganda yang akan mengalirkan minyak melalui Laut Baltik.
- Perusahaan energi terbesar Inggris,
British Petroleum (BP), adalah pemegang saham terbanyak ke-dua di Rosneft
(produsen minyak terbesar Rusia).
- Perusahaan otomotif, minuman,
perbankan dan retailer Eropa akan menderita apabila perang dingin jilid 2
benar-benar terjadi.
- Uni Eropa adalah investor terbesar
Rusia dengan estimasi modal asing langsung (FDI) mencapai 75% dari total dana
asing yang berputar di sektor riil Rusia.
- Orang-orang kaya Rusia memiliki aset
menggurita di wilayah Eropa Barat. Mereka merupakan pemborong real estat di
negara-negara dengan pajak rendah seperti Siprus, dan bahkan menyekolahkan
anak-anaknya di sana.
- Sebanyak 9% penjualan rumah mewah di
Inggris (kategori di atas 1 juta Poundsterling per unit) berasal dari kocek
orang Rusia (data Knight Frank, 2013).
- Sekolah-sekolah swasta di Inggris juga
menikmati uang orang Rusia. Menurut Independent Schools Council, jumlah
anak-anak asal Rusia yang bersekolah di lembaga pendidikan milik Inggris naik
27% pada bulan Januari tahun lalu dibandingkan periode yang sama tahun 2012.
- Jumlah siswa Rusia di Inggris adalah
yang ke-tiga terbanyak setelah China dan Jerman.
Posisi Uni Eropa dalam portofolio
ekonomi Rusia memang tidak bisa digantikan. Begitu pula dengan peran Rusia
dalam pemenuhan sumber daya dan ketahanan energi di 18 negara pengguna valuta
tunggal. Namun selepas krisis Ukraina dan (kemungkinan) sanksi ekonomi blok
barat, masyarakat dunia bisa saja melihat tatanan geopolitik yang baru. Bukan
hanya urusan ideologi, pertentangan antara kubu Paman Sam dan Beruang Merah
akan meluas ke sektor ekonomi dengan munculnya proyek-proyek kerjasama
multilateral yang melibatkan nominal sangat besar.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar