Jumat, 30 Januari 2015

Pertambangan Sudah Diluar Kendali

Eksploitasi Tambang di Aceh Sudah Diluar Kendali


Doto Zaini Diminta Terbitkan Pergub tentang Moratorium Tambang.
Banda Aceh – Kebijakan yang diwacanakan oleh Gubernur  Aceh soal jeda (moratorium ) pertambangan di wilayah Aceh  patut didukung. Jeda tambang diyakini mampu meminimalisir persoalan lingkungan hidup yang kian masif terjadi belakangan ini akibat aktivitas pertambangan.
Namun demikian, kiranya wacana moratorium tambang tersebut harus dikuti dengan dasar hukum yang jelas. Agar dapat dilaksanakan sebagaimana tujuan dari jeda pertambangan dimaksud. “Karena itu, kami dari Koalisi Peduli Hutan Aceh (KPHA) mendorong Gunernur Aceh Zaini Abdullah, agar segera mengeluarkan Peraturan Gubernur tentang Moratorium Tambang,” ungkap Juru Bicara KPHA, Efendi Isma SHut, Jumat (8/8/2014).
“Peraturan Gubernur soal moratorium tambang sangat penting, agar kebijakan tersebut memiliki dasar hukum dan dapat memaksa para pihak untuk melaksanakan kebijakan jeda tambang. Selain itu juga untuk memastikan secara jelas apa yang  dimaksud dan tujuan dari moratorium tambang di Aceh.”
Menurutnya, ada sejumlah pelanggaran lingkungan di Aceh tidak terlepas dari aktivitas pertambangan. Kasus ikan mati di daerah aliran sungai beberap waktu lalu diduga tidak terlepas dari peran aktivitas pertambangan.  “Kebijakan moratorium tambang harus menjadi perhatian serius semua pihak untuk segera ditindaklanjuti.”
Ia menambahkan, wacana moratorium tambang tersebut harus lebih tegas dalam implementasi, jangan hanya sekedar bersifat imbauan yang cenderung dikangkangi oleh pihak- pihak yang memiliki kepentingan dalam bisnis tambang di Aceh.
“Eskploitasi tambang di Aceh sudah diluar kendali. Kami yakin, jika tidak ada ketegasan Pemerintah soal ini, maka bencana- bencana kemanusiaan selanjutnya tinggal menunggu waktu. Pada akhirnya rakyat lagi yang menjadi korban.”
KPHA juga menyarankan kepada Pemerintah Aceh, agar dalam Peraturan Gubernur soal moratorium tambang yang harus segera dikeluarkan itu, tidak saja mengatur jeda penerbitan izin tambang  baru, akan tetapi harus mencakup soal izin tambang yang sudah ada atau sedang berjalan. “Hal ini penting agar segala persoalan tambang di Aceh untuk dievaluasi. Mengingat, selama ini manfaat hasil pertambangan bagi rakyat dan lingkungan lebih kecil dibanding mudharat yang ditimbulkan,” kata dia.
Perlu juga diingat, sambung Efendi, aktivitas pertambangan dalam kawasan hutan khususnya, telah amat merusak lingkungan dan mengganggu habitat fauna di Aceh. “Konflik satwa seperti gajah masuk perkampungan adalah bukti imbas dari rusaknya kawasan hutan karena aktivitas pertambangan,” ungkapnya.
“Maka dari itu, menurut saya peraturan gubernur soal moratorium tambang di Aceh adalah keharusan dan tidak dapat ditunda- tunda lagi. Demi menjamin kualitas lingkungan hidup yang baik sebagaimana amanah Undang- undang Dasar 1945. kemudian bisa dilanjutkan dengan mengurangi jumlah luas pertambangan agar lingkungan disekitar tersebut bisa tidak tercemar atau rusak oleh pertambangan itu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar