Manusia dan Keindahan
Ø Latar Belakang
Setiap
manusia dilahirkan dan dibekali dengan banyak sekali keindahan. Keindahannya
baik dari dalam, dari luar, maupun yang ada disekitarnya. Kata keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan
sebagainya. Keidahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan
kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran
berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat
oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan
atau lokal.
Manusia adalah makhluk ciptaan ALLAH swt yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran
untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan
perbuatan yang tidak dilakukan, dan kita pun bisa memilih perbuatan mana yang
baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Selain itu dapat
diartikan manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan
makhluk sosil. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi
manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah makhluk
pribadi sekaligus makhluk sosial.
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara
biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
A. KEINDAHAN
Kata keindahan berasal
dan kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda
yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia ,
rumah , tatanan , perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebagainya. Kawasan
keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai
pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu
keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia.
Keindahan tak dapat dipisahkan dan kehidupan manusia. Di mana pun kapan pun dan
siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan adalah
identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan.
Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang
selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena
itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah
tentu kebenaran di sini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut
konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya
mengenai obyek yang diungkapkan.
Keindahan juga
bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan
tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
a. APAKAH
KEINDAHAN ITU?
Sebenarnya sulit bagi
kita untuk menyatakan apakah keindahan itu. Keindahan itu
suatu konsep abstrak yang tidak dapat
dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan
dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu
baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan
dapat berkomunikasi. Jadi, sulit bagi kita jika berbicara mengenai keindahan,
tetapi jelas bagi kita jika berbicara mengenai sesuatu yang indah. Keindahan
hanya sebuah konsep, yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk, misalnya
lukisan, pemandangan alam, tubuh yang molek, film, nyanyian.
Menurut The Liang Gie
dalam bukunya “Garis besar estetika”. Menurut asal katanya, dalam bahasa
Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beutiful” dalam bahasa Prancis
“beau”, sedang Italia dan spanyol “bello” berasal dan kata latin “bellum”. Akar
katanya adalah “bonum” yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk
pengecilan menjadi “bonellum” dan terakhir diperpendek sehingga ditulis
“bellum”.
Menurut cakupannya
orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan
sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa
Inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda
atau hal yang indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian ini
kadang-kadang dicampuradukkan saja. Di samping itu terdapat pula perbedaan
menurut luasnya pengertian. yakni :
a) keindahan dalam
arti yang luas
b) keindahan dalam
arti estetis murni
c) keindahan dalam
arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Keindahan dalam arti
luas merupakan pengertian semula dan bangsa Yunani dulu
yang di dalamnya
tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan
hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagi sesuatu yang
selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan
kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran
yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal
pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya ‘symrnetria’ untuk
keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur)
dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian
keindahan yang seluas-luasnya meliputi:
-
keindahan seni
- keindahan
alam
- keindahan
moral
- keindahan
intelektual
Keindahan dalam arti
estetis murni menyangkut pengalaman estetis dan seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas
lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan
penglihatan. yakni berupa keindahan dan bentuk dan warna.
Dari pembagian dan
pembedaan terhadap keindahan di atas, masih belum jelas apakah sungguhnya
keindahan itu. Ini memang merupakan suatu persoalan filsafati yang jawabannya
beraneka ragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri umum yang ada pada semua
benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki
itu dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah
kwalita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kwalita yang paling sering
disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan
(symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast).
Dari ciri itu dapat
diambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dan berbagai keselarasan dan
kebaikan dan garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Ada pula yang
berpendapat, bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang
selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
Filsuf dewasa mi
merumuskan keindahan sebagai kesatuan hubungan yang terdapat antara
pencerapan-pencerapan indraewi kita (beauty is unity of formal relations of our
sense perceptions).
Sebagian filsuf lain menghubungkan
pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure), yang merupakan sesuatu
yang menyenangkan terhadap penglihatan atau pendengaran. Filsuf abad
pertengahan Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan, bahwa keindahan adalah
sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Ternyata untuk
menjawab “apakah keindahan itu” banyak sekali jawabannya. Karena itu dalam
estetika modem orang . lebih suka berbicara tentang seni dan dan pengalaman
estetik, karena ini bukan pengalaman abstrak melainkan gejala konkret yang
dapat ditelaah dengan pengamatan secara empirik dan penguraian yang sistematik.
b. NILAI
ESTETIK
Dalam rangka teori
umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan
dianggap sebagal salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai
ekonomik, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan
segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.
Masalahnya sekarang
ialah: apakah nilai estetik itu ? dalam bidang filsafat, istilah nilai sering
kali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth)
atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of sociology and related sciences
diberikan perumusan tentang value yang lebih terinci lagi sebagai berikut:
“The believed capacity
of any object to satisfy a human desire. The quality of any object which causes
it to be on interest to an individual or a group”. (kemampuan yang dipercaya
ada pada sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dan
sesuatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu golongan).
Menurut kamus itu
selanjutnya nilai adalah semata-mata suatu realita psikologis yang harus
dibedakan secara tegas dan kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan
bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada
sesuatu benda sampai terbukti ketidakbenarannya.
c. KONTEMPLASI
DAN EKSTANSI
Keindahan dapat
dinikmati menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada
selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah
dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah
dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang
indah.
Apabila kedua dasar
ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi
penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang indah itu memikat atau menarik
perhatian orang yang melihat, mendengar. Bentuk di luar diri manusia itu berupa
karya budaya yaitu karya seni lukis, seni suara, seni tari, seni sastra, seni
drama dan film, atau berupa ciptaan Tuhan misalnya pemandangan alam, bunga
warna- warni , dan lain-lain.
Apabila kontemplasi
dan ekstansi ini dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor
pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi ini merupakan faktor
pendorong untuk merasakan, menikmati keindahan. Karena derajat kontemplasi dan
ekstansi juga berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap
keindahan karya seni juga berbeda-beda. Mungkin orang yang satu mengatakan
karya seni itu indah, tetapi orang lain mengatakan karya seni itu tidak/kurang
indah, karena selera seni berlainan.
Bagi seorang seniman
selera seni lebih dominan dibandingkan dengan orang bukan seniman. Bagi orang
bukan seniman mungkin faktor ekstansi lebih menonjol. Jadi, Ia lebih suka
menikmati karya seni daripada menciptakan karya seni. Dengan kata lain, Ia
hanya mampu menikmati keindahan tetapi tidak mampu menciptakan keindahan.
d. APA
SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN KEINDAHAN?
Keindahan Itu pada
dasarnya adalah alamiah. Alam ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu
ciptaan Tuhan. Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang.
Pengungkapan keindahan
dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu
pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan
hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam
masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu
saja dilihat dan segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi
manusia secara kodrati.
e. KEINDAHAN
MENURUT PANDANGAN ROMANTIK
Dalam buku AN Essay on
Man (1954), Erns Cassirer mengatakan bahwa arti keindahan tidak bisa selesai
diperdebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair
romantik John Keats (1795-1821) sebagai pegangan. Dalam Endymion dia berkata:
A thing of beauty is a joy forever
its loveliness increases; it will never pass into
nothingness.
Dia mengatakan, bahwa sesuatu yang indah
adalah keriangan selama-lamanya, kemolekannya bertambah, dan tidak pernah
berlalu ke ketiadaan. Dan sini kita mengetahui bahwa keindahan hanyalah sebuah
konsep yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Karena itu dia tidak
berbicara langsung mengenai keindahan, akan tetapi sesuatu yang indah.
Dalam sajak di atas,
Keats mengambil bahannya dan Endymion yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno.
Endymion dalam mitologi itu sendiri merupakan penjabaran dan konsep keindahan
pada jaman Yunani kuno. Menurut mitologi Yunani ini, Endymion adalah seorang
gembala yang oleh para dewa diberi keindahan abadi. Dia selalu muda, selamanya
tidur, dan tidak pernah diganggu oleh siapa pun.
Menurut Keats, orang
yang mempunyai konsep keindahan hanya tertentu jumlahnya. Mereka mempunyai
negatif capability, yaitu kemampuan untuk selalu dalam keadaan ragu-ragu, tidak
menentu dan misterius tanpa mengganggu keseimbangan jiwa dan tindakannya hanya
pikiran dan hatinya yang selalu diliputi keresahan.
f. HUBUNGAN MANUSIA DAN KEINDAHAN
Manusia
dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga kia perlu melestarikan bentuk
dari keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa,
seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari
suatu kebudayaan yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur
politik. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman
manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya.
Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup
manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan
pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan
identik dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran adalah
keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya
tarik yang selalu bertambah. Sesuatu yang tidak mengandung kebenaran berarti
tidak indah. Karena itu hanya tiruan lukisan Monalisa yang tidak indah, karena
dasarnya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu,
melainkan kebenaran menurut konsep dalam seni. Dalam seni, seni berusaha
memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia
yang menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan.
Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar
(auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut.
Keindahan
tersebut pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu
adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang. Konsep keindahan itu
sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan kebenaran. Batas keindahan akan
behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri.
Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan
yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik. Orang yang
mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan
kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain
imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai
objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan
orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam
agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan
yang paling indah.
B. RENUNGAN
Renungan berasal dan
kata renung, artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu
dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk
menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori ini ialah: teori pengungkapan,
teori metafisik dan teori psikologik.
a. TEORI
PENGUNGKAPAN
Dalil dan teori ini
ialah bahwa “Art is an
expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan
dan perasaan manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami
oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi
yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan
karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expression and General
Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dan
kesan-kesan) Expression adalah sama
denganintuition. Dan intuisi adalah pengetahuan
intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang
menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian
pengungkapan itu berwujud pelbagai gambaran angan-angan seperti misalnya images
warna, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni
dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis
seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
b. TEORI
METAFISIK
Teori seni yang bercorak
metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dan Plato yang
karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi
keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori
peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika Plato
yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagal realita
Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan
cerminan semu dan mirip realita Ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia
hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dari realita duniawi Sebagai contoh Plato
mengemukakan ide keranjangan yang abadi, asli dan indah sempurna ciptaan Tuhan.
Kemudian dalam dunia mm tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang menciptakan
ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu
dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan
dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat
menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dan negara
Republik yang ideal menurut Plato.
c. TEORI
PSIKOLOGIS
Teori-teori metafisis
dari para filsuf yang bergerak di atas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi
tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena
terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem
menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran
penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan
psikoanalisis dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan
keinginan-keinginan bawah sadar dan seseorang seniman. Sedang karya seninya itu
merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dan
keinginan-keinginan itu.
Suatu teori lain
tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Fredrick
Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal
mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan
menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya
kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan itu berperanan
untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian
menciut karena disia-siakan. Seseorang yang semakin meningkat taraf
kehidupannya tidak memakai habis energinya untuk keperluan sehari-hari,
kelebihan tenaga itu lalu menciptakan kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan
rangkaian permainan yang imajinatif dan kegiatan yang akhirnya menghasilkan
karya seni. Teori permainan tentang seni tidak sepenuhnya diterima oleh para
ahli estetik. Keberatan pokok yang dapat diajukan ialah bahwa permainan
merupakan suatu kreasi, padahal seni adalah kegiatan yang serius dan pada
dasarnya kreatif.
Sebuah teori lagi yang
dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan (signification theory) yang memandang seni sebagi suatu
lambang atau tanda dari perasaan manusia. Simbol atau tanda yang menyerupai
atau mirip dengan benda yang dilambangkan disebuticonic sign (tanda serupa), misalnya tanda lalu lintas yang memperingatkan jalan yang
berbelok-belok dengan semacam huruf Z adalah suatu tanda yang serupa atau mirip
dengan keadaan jalan yang dilalui. Menurut teori penandaan itu karya seni
adalah iconic signs dan proses psikologis yang berlangsung
dalam diri manusia, khususnya tanda-tanda dan perasaannya. Sebagai contoh
sebuah lagu dengan irama naik turun dan alunan cepat lambat serta akhirnya
berhenti adalah simbol atau tanda dari kehidupan manusia dengan pelbagai
perasaannya yang ada pasang atau surut serta tergesa-gesa atau santainya dan
ada akhirnya.
C. KESERASIAN
Keserasian berasal
dari kata serasi dan kata dasar rasi, artinya cocok, kerena benar dan sesuai
benar. Kata cocok, kerena sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan,
ukuran dan seimbang.
Dalam pengertian
perpaduan misalnya, orang berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas
dengan bagian bawah. Atau disesuaikan dengan kulitnya. Apabila cam memadu itu
kurang cocok, maka akan merusak pemandangan. Sebaliknya, bila serasi benar akan
membuat orang puas karenanya. Atau orang yang berkulit hitam kurang pantas bila
memakai baju warna hijau, karena warna itu justru menggelapkan kulitnya.
Pertentangan pun
menghasilkan keserasian. Misalnya dalam dunia musik, pada hakekatnya irama yang
mengalun itu merupakan pertentangan suara tinggi rendah, panjang pendek, dan
keras lembut.
Karena itu dalam
keindahan ini, sebagian ahli pikir menjelaskan, bahwa keindahan pada dasarnya
adalah sejumlah kualitas/pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal.
Kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan
(harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance), dan keterbalikan
(contrast). Selanjutnya dalam hal keindahan itu dikatakan tersusun dan berbagai
keselarasan dan keterbalikan dan garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata.
Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan
yang serasi dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan Si pengamat.
Filsuf Inggris Herbert
Read merumuskan definisi, bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan
bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is
unity of formal relations among our sence-perception). Pendapat lain menganggap
pengalaman estetik suatu keselarasan dinamik dan perenungan yang menyenangkan.
Dalam keselarasan itu seseorang memiliki perasaan-perasaan seimbang dan tenang,
mencapai cita rasa akan sesuatu yang terakhir dan rasa hidup sesaat di
tempat-tempat kesempurnaan yang dengan senang hati ingin diperpanjangnya.
a. TEORI
OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam
bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua
teori yakni teori obyektif dan teori subyektif.
Salah satu persoalan
pokok dan teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah
keindahan merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam
alam pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dan persoalan-persoalan
tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan
teori subyektif.
Pendukung teori
obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori
subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury dan Edmund Burke.
Teori obyektif
berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah
sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan,
terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan
sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak
berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus
manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai
estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah
perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif.
menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak
ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda.
Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dan si pengamat itu.
Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu
diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik
sebagai tanggapan terhadap benda indah itu.
Yang tergolong teori
subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu
benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang
berupa menyukai atau menikmati benda itu.
b. TEORI
PERIMBANGAN
Teori obyektif
memandang keindahan sebagai suatu kwalita dan benda-benda. Kwalita bagaimana
yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani
Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abad 5 sebelum Masehi sampai
abad 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa
banyak tiang besar.
Teori perimbangan
tentang keindahan dan bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang
lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka.
Keindahan dianggap
sebagai kwalita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian).
Hubungan dan bagian-bagian yang menciptakan keindahan dapat dinyatakan sebagai
perimbangan atau perbandingan angka-angka.
Bangsa Yunani
menemukan bahwa hubungan-hubungan matematis yang cemat sebagaimana terdapat
dalam ilmu ukur dan berbagai pengukuran proporsi ternyata dapat diwujudkan
dalam benda-benda bersusun yang indah. Bahkan Pythagoras yang mencetuskan teori
proporsi itu menemukan bahwa macamnya nada yang dikeluarkan oleh seutas senar
tergantung pada panjang senar itu dan bahwa macamnya nada yang dikeluarkan oleh
seutas senar akan menghasilkan susunan nada yang selaras (yakni indah di
dengar), apabila panjangnya masing-masing senar itu mempunyai hubungan
perimbangan bilangan-bilangan yang kecil misalnya 1:1, 1:2, 2:3 dan seterusnya.
Jadi menurut teori proporsi ini keindahan terdapat dalam suatu benda yang
bagian-bagiannya mempunyai hubungan satu sama lain sebagai bilangan-bilangan
kecil. Contoh visual untuk perimbangan yang menyenangkan dilihat dan karenanya
disebut indah oleh bangsa Yunani dulu ialah bentuk empat persegi, elips yang
masing-masing mempunyai proporsi 1:1 ,6 atau 3:5. Perimbangan itu dinamakan
perbandingan keemasan (golden ratio).
Teori perimbangan
berlaku dan abad ke-5 sebelum masehi sampai abad ke 17 masehi selama 22 abad.
Teori tersebut runtuh karena desakan dan filsafat empirisme dan aliran-aliran
termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang subyektif
sifatnya.
Keindahan hanya ada
pada pikiran orang yang menerangkannya dan setiap pikiran melihat suatu
keindahan yang berbeda-beda. Para seniman romantik umumnya berpendapat bahwa
keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak adanya keteraturan, yakni tersusun
dari daya hidup, penggambaran, pelimpahan dan pengungkapan perasaan. Karena itu
tidak mungkin disusun teori umum tentang keindahan.
PENUTUP
Kesimpulan :
Keindahan
pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan tuhan. Ini berarti bahwa
keindahan itu ciptan tuhan. Keindahan menyangkut kualita hakiki dari segala
benda yang mengandung kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan
(symetri), keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast). Dari ciri-ciri
itu diambil kesimpulan,bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan
pertentangan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Keindahan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Dua hal yang indah yang selalu
berdampingan. Dua hal tersebut juga berdampingan dengan Manusia. Manusia
diberikan keindahan yang sangat luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab
itu, manusia diharapkan untuk selalu menjaga keindahan-keindahan yang
dimilikinya, yang ada pada dirinya agar senantiasa keindahan tersebut dapat
berguna dan dinikmati oleh semua orang, serta untuk mengetahui suatu keindahan
dibutuhkan hal-hal seperti renungan, keserasian, kehalusan dan kontemplasi.
DAFTAR PUSTAKA
PERTANYAAN :
1. Bagaimana cara menerapkan estetik dari manusia ?
===> estetik tercipta karena adanya kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis pada makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini menjadi kesadaran sosial ,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi rasa bahagia.dan cara menerapkannya yaitu dengan saling membantu satu sama lain.
2. Yang dimaksud dengan keindahan alam dan bagaimana menjaganya ?
===> keindahan alam itu tercipta oleh Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunianya tuhan menciptakan alam semesta ini dengan penuh keindahan. cara yang paling tepat untuk menjaganya yaitu kita ikut turun dalam membantu menjaga kelestarian alam tersebut, bisa diambil contoh jangan menebang pohon terus ikut menanam pohon agar terciptanya keindahan tersebut.
3. Yang menjadi landasan karya seni menurut indah ?
===> Kalau saya berpendapat, mengingat ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan faktor-faktor yang turut mempengaruhi karya seni itu indah, yaitu ;
1. Ideologi seni dari si seniman yang bersangkutan.2. Tampilan karya, yang berkaitan dengan teknis, komposisi, dan kreatifitas
3. Maistream wacana dan mainstream selera pasar seni rupa, ketika karya tersebut dibuat.
4. Yang tidak kalah pentingnya, 'SIAPA' yang menjadi menejer dari karya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar