Rabu, 21 Oktober 2015

PENGARUH ALIRAN PERTUKARAN RUPIAH TERHADAP DOLAR


Mungkin beberapa bulan ini krisis nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa dikatakan sedang mengalami pelemahan yang berkepanjangan. Hal yang sama juga dialami oleh mata uang beberapa negara berkembang lainnya.

Mengapa Nilai Tukar Rupiah Melemah ?

Menurut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat faktor internal dan faktor eksternal.

"Ini bukan hanya masalah internal tapi juga faktor eksternal seperti krisis di Yunani, kenaikan suku bunga di Amerika, depresiasi Yuan di Cina dan ada beberapa negara lain yang mengalami goncangan yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu," tutur Presiden Joko Widodo setelah pembukaan Munas MUI IX di gedung negara Grahadi Surabaya, Selasa (25/8/2015).

Presiden Joko Widodo menambahkan, pemerintah sudah berusaha untuk menjaga agar rupiah kembali menguat. Salah satunya adalah intervensi Bank Indonesia (BI) dengan mengeluarkan instrumen-instrumen. Selain itu, Menteri Kordinator (Menko) Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan telah berusaha menjaga dengan mengeluarkan beragam regulasi.

"Tapi ini banyak faktor. Kita harus sadar ada masalah internal dan eksternal," imbuh Presiden Jokowi. Dikutip dari liputan6.com.

Apa Dampak Melemahnya Rupiah ?

Dinamika ekspor-impor memang berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan, dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negerinya agar bisa terpakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Karena akhir-akhir ini, impor Indonesia lebih besar daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.

Banyak pihak yang terpukul atas meningkatnya komoditi ekspor di Indonesia, Pertama adalah konsumen, terutama konsumen kelas bawah, karena pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang. Kedua  pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut. Ketiga adalah  para usahawan yang berorientasi pada pasar dalam negeri.  Keempat rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri dan penyusutan pasar dalam negeri.

Namun, anjloknya Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing. uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa semakin lemah.

Akan tetapi ada pula pihak yang diuntungkan oleh krisis Rupiah, jika mata uang suatu negara melemah, maka yang diuntungkan adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal dari dalam negeri.

Apa Strategi Mengatasi Pelemahan Rupiah ?

Dampak dari pelemahan rupiah kali ini telah memukul semua sektor. Tak hanya korporasi besar, tetapi juga UMKM yang telah mengalami keterpurukan akibat melemahnya daya beli masyarakat.
Pelemahan daya beli tersebut, kata Enny, karena harga bahan pokok mengalami kenaikan. “Betul, ada pengaruh eksternal dan persoalan eksternal. Tetapi ini juga karena manajemen biaya dari internal,” katanya.

Seperti diberitakan, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat sebanyak 60.000 pekerja tekstil terpaksa diberhentikan alias terkena PHK. Pelemahan rupiah menekan laju produksi hingga 35 persen, terutama perusahaan tekstil yang berorientasi di pasar domestik. Bahkan, perusahaan tekstil yang berorientasi di pasar domestik sudah banyak yang berhenti produksi.

Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, dampak dari pelemahan rupiah tersebut paling besar akan dirasakan oleh masyarakat kecil. “Kualitas hidup mereka turun drastis,” kata HT. Disunting dari Okezone.com.
Untuk itu, solusinya adalah menggalakan investasi dan belanja pemerintah dipercepat. Menurutnya tak ada jalan lain lagi. “Semua kebijakan dan praktik yg menghambat investasi dan belanja pemerintah harus dipangkas,” ungkapnya.

Selain itu, bank fokus pada pembiayaan sektor produktif, bukan konsumtif. “Proyek infrastruktur yang dipegang broker dan tidak dikerjakan, dialihkan ke BUMN yang relevan agar bisa berjalan,” tutur pria asal Jawa Timur tersebut.

Dia menambahkan, hal lain yg harus diantisipasi adalah penerimaan pajak yang akan berkurang banyak akibat lesunya ekonomi. Untuk itu dibutuhkan alternatif pembiayaan.

Untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, lanjut HT, ada empat hal yang diperlukan. Pertama adalah tingkat kepercayaan meningkat. Kedua, nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Ketiga, investasi masuk dari luar dan dalam negeri. Keempat, tidak terjadi capital flight. “Tidak ada capital flight dari dalam ke luar negeri. Bahkan sebaliknya yang harus terjadi,” terangnya.

Kepercayaan terhadap pemerintah penting bagi para pelaku usaha. Sebab, dalam kondisi kepanikan banyak dana justru akan keluar Indonesia. “Kalau kredibilitas pemerintah ada, maka akan menimbulkan keyakinan atau menenangkan para pelaku usaha. Minimal kegiatan spekulasi bisa diredam,” tutur Enny. Menurutnya, mengembalikan kepercayaan tidak bisa hanya dengan kata-kata, namun harus dibuktikan dengan tindakan.

Riferensi :
https://manajemenkelasj.wordpress.com/category/nilai-tukar-rupiah/ 
- http://bisnis.liputan6.com/read/2301514/jokowi-rupiah-melemah-akibat-2-faktor 
- http://economy.okezone.com/read/2015/08/26/20/1202637/dampak-pelemahan-rupiah-lebih-buruk-dari-1998